Cicalengka pada zaman Hindia Belanda tahun 1896 merupakan sebuah afdeeling dari Regentschap Bandong. Afdeeling merupakan daerah setingkat Kecamatan saat ini sedangkan regentschap adalah Kabupaten. Seperti daerah lainnya, Cicalengka juga memiliki beberapa bangunan dari masa Hindia Belanda, setidaknya ada beberapa bangunan yang masih mempertahankan gaya arsitektur kolonial - lokal. Para sejarawan menyebutnya sebagai Indische Empire Stijl, bangunan itu adalah kantor kepatihan Tjijalengka, rumah dinas Patih Tjijalengka dan beberapa sebagian rumah warga masyarakat yang masih mempertahankan arsitektur gaya kolonial - lokal.
Perpaduan antara gaya arsitektur Belanda dan lokal tercermin dari kombinasi atap tumpang dengan langit-langit kantor yang tinggi disertai jumlah jendela yang banyak dan berukuran besar. Kombinasi itu dilatarbelakangi orang Belanda yang tidak biasa hidup di daerah tropis. Mereka melakukan beberapa penyesuaian ditempatnya bekerja yaitu gedung pemerintahan dengan membuat ventilasi yang besar dan banyak guna menjaga suhu di dalam ruangan tetap sejuk dan nyaman.
Tjijalengka pada awal abad ke-20 dipimpin seorang patih dalam hubungan tata pemerintahan kaum pribumi. Kedudukan patih berada di bawah Bupati dan kedudukan tertinggi dalam pemerintahan pribumi (Inlandsch Bestuur) adalah Bupati. Bangunan bersejarah yang menjadi ikon yaitu kantor kepatihan Tjijalengka dan rumah dinas Patih Tjijalengka, kedua bangunan tersebut memiliki nilai historis bagi pergerakan emansipasi perempuan pribumi yang diinisiasi Raden Dewi Sartika. Pada masa anak-anak Raden Dewi Sartika pernah hidup di bawah asuhan pamannya yaitu Raden Aria yang saat itu menjabat sebagai Patih di Tjijalengka. Karena alasan itulah, dua bangunan tersebut memiliki nilai historis yang sangat tinggi dan penting bagi warisan budaya Indonesia khususnya Kabupaten Bandung dan Kecamatan Cicalengka, sehingga rumah dinas Patih dan Kantor Kepatihan Tjijalengka menjadi titik awal perjuangan Raden Dewi Sartika untuk mendirikan Sakola Istri di Bandung.
Desa Cicalengka Kulon merupakan Desa hasil penataan wilayah bersama dengan Desa Cicalengka Wetan pada tanggal 19 November 1989, yang pada saat itu masih bernama Desa Cicalengka (desa induk). Kantor Desa Cicalengka Kulon berdiri dan diresmikan pada tahun 1994 oleh Bupati Bandung H.U. Hatta Djatipermana, kantor desa yang merupakan asset hasil dari penataan wilayah di Kewedanaan Cicalengka dan Cikancung. Kata ‘kulon’ sendiri diambil dari arti letak geografis yang berarti Barat, Kepala Desa Cicalengka Kulon yang pertama adalah Bapak Asep Husni Hafid. Wilayah Desa Cicalengka Kulon sendiri berada di jalur strategis perhubungan darat, yaitu jalan nasional dan propinsi sehingga dimungkinkan berkembang menjadi desa perkotaan.